Selasa, 10 Desember 2013

KEKERASAN SIMBOLIK DALAM IKLAN

Kuliah ke tiga belas mata kuliah Kapita Selekta (5 Desember 2013)

Kuliah dibawakan oleh Ibu Endah Murwani.

Iklan terdapat dimana-mana, tak peduli dengan waktu, setiap saat kita selalu melihat iklan baik di media televisi, cetak, billboard, brosur, dll. Dengan harapan, kita yang melihat iklan tersebut akan tertarik untuk membeli produk yang diiklankan. Namun, iklan akhir-akhir ini mengalami pergeseran fungsi.

Menurut Pollay, fungsi komunikasi iklan dibagi 2, yaitu :
1. Fungsi Informasional, memberitahukan masyarakat tentang spesifikasi mengenai suatu produk
2. Fungsi Transformasional, iklan berperan dalam melakukan perubahan kepada masyarakat seperti perilaku, pola belanja, gaya hidup, pandangan, dsb.

Funsgi Transformasional inilah yang mengubah kebanyakan orang. Secara, iklan selain memberikan informasi mengenai produk, juga ingin menyampaikan pesan tertentu yang sifatnya mempengaruhi alam bawah sadar kita.

Sumber : http://i1.ytimg.com/vi/a4iZ6GM3EnY/hqdefault.jpg

Iklan menurut Baudrillard, merupakan sebuah fenomena sosial bernama consumer society. Objek dalam iklan tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan dibentuk oleh sistem tanda. Jadi semakin kita terpengaruh, kita akan terus membeli produk yang diiklankan tersebut dan mengakibatkan konsumerisme.

Iklan menurut Barthes, dilihat sebagai signs, yang mengatur maknayang ingin disampaikan pengiklan. Makna ideologis dalam iklan harus dibuat senetral mungkin karena proses signifikasi (pembuatan tanda/ sign) yang disebut Barthes sebagai mitos (myth), berbeda-beda pada setiap orang, karena dipengaruhi oleh kebudayaan masing-masing individu.


Sumber : http://i29.photobucket.com/albums/c275/bellezabgt/wallapaper3x.jpg

Jika kita membenarkan apa yang dikatakan oleh iklan tersebut, secara tidak sadar, kita sudah mengalami kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik, menurut Bourdieu, adalah seluruh tindakan pedagogis, baik di rumah, media atau dimanapun memiliki muatan kekerasan simbolik selama pelaku memiliki kuasa dalam menentukan sistem nilai atas pelaku lainnya, sebuah kekuasaan yang berakar pada relasi kuasa antara kelas-kelas atau kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Atau bisa dikatakan juga kekerasan yang terjadi namun secara terselubung dan halus / kekerasan melalui tanda atau simbol, berlawanan pengertiannya dengan kekerasan fisik yang terjadi secara terang-terangan.

Sumber : http://behance.vo.llnwd.net/profiles2/168185/projects/872520/7ec20f1e891648b3bf1c5126a043e1dc.png

Bourdieu pertama kali menganalisis kekerasan yang terjadi di sekolah, sesuai dengan masa lalunya yang sering dibully. Namun, kekerasan simbolik ini dapat dikaitkan dalam iklan. Media dan iklan merupakan  sarana yang subur dalam melakukan tindakan pedagogis dari kelas sosial tertentu yang memiliki kuasa atas kelas sosial lain yang berada di bawahnya.

Selain itu, contoh kekerasan simbolik dalam iklan adalah iklan L-Men yang menampilkan pria dengan tubuh atletis dan six pack. Iklan Pond's yang bisa membuat kulit putih merona dengan model iklan cantik dan putih, atau iklan HiLo / WRP dengan menampilkan model dengan tubuh tinggi dan langsing. Seakan-akan, iklan mengkonstruksi realitas sosial bahwa figur-figur dalam iklan tersebutlah yang ideal dan menarik /menjadi standar. Yang tidak sejalan pikirannya untuk mendapatkan bentuk tubuh seperti itu, tentu saja akan dijauhi.

Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdxsTW9lwFxYnaD5k2ahZznIDLvMv52q9xGERZyTtvmVLDgiMQbUa_vsXvH5_4tETx1RXs-ACYfUM1VmyyCxe73IFiloKM6BdnW1iWjBxdoNcKCQK-P52MVOBcGkdKbdcmdFPALeDt-tkd/s1600/L-men+Eye+On+Me.jpeg
                               
Image-image seperti inilah yang diproduksi oleh iklan, seperti kebahagiaan, keharmonisan, kecantikan, kejantanan, gaya hidup modern, yang pada dasarnya merupakan sistem nilai yang dimiliki oleh kelas atau kelompok dominan.

Iklan yang terus-menerus mengkonstruksi pikiran kita akan membentuk suatu habitus pada akhirnya tentang sistem nilai tersebut.

Rabu, 04 Desember 2013

BAHASA INDONESIA

Kuliah ke dua belas mata kuliah Kapita Selekta (28 November 2013)

Oleh Bapak Dali Santun Naga

Ada sebuah kalimat...

Ali makan nasi dimasak ibu.

Punya 2 pengertian : Ali yang sedang makan nasi dimasak oleh ibu (Ali dimasak ibu) atau Ali sedang makan nasi yang nasinya dimasak oleh ibu (Ibu memasak nasinya).

Dirasa kurang sesuatu yaitu koma sebagai pemisah. Karena masih banyak masyarakat Indonesia yang salah dalam berucap ataupun menulis bahasa Indonesia.

Sumber : http://pusatbahasaalazhar.files.wordpress.com/2012/02/bahasaindonesia.jpg

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) yang berasal dari bahasa Melayu (Riau). Sekarang, Bahasa Indonesia masih di maintenance dengan dibentuknya Kongres Bahasa Indonesia yang dikenal dengan Badan Bahasa, dari Kongres Bahasa Indonesia 1, Kongres Bahasa Indonesia 2, 3,.... hingga yang terakhir diadakan pada bulan Oktober tahun 2010. Kongres ini diadakan 5 tahun sekali.

Perkembangan Bahasa Indonesia

  1. Bahasa Melayu Purba
  2. Bahasa Melayu Kuno, dalam aksara Pallawa
  3. Bahasa Melayu Klasik, dalam aksara Kawi
  4. Bahasa Melayu Peralihan, dalam aksara Latin
  5. Bahasa Melayu Baru
  6. Bahasa Melayu Modern
Sumber : http://sphotos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/c0.201.403.403/p403x403/305604_382110915217345_1512041074_n.jpg

Bahasa Melayu tersebut ditemukan dalam prasasti seperti Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Kota Kapur, Laguna, Trengganu, Minyetujoh, dll.

Beda cara penulisan, beda pula cara penyebutannya. Seperti pada bahasa Belanda - Inggris. Inilah perbedaan ejaan bahasa :

Belanda                              Inggris                          Sekarang
tj                                           ch                                     c
dj                                           j                                       j

Bahasa Indonesia mengalami beberapa kali penyempurnaan ejaan :
  1. Tahun 1901 : Ejaan van Ophuijsen ( ex : huruf  j dipakai menggantikan huruf y --> jang = yang)
  2. Tahun 1947 : Ejaan Soewandi (ex : awalan di- dipakai dalam kata ulang --> dikedua-duanya)
  3. Tahun 1972 : EYD
  4. Sekarang : EYD edisi ke 5
Sumber : http://www.rimanews.com/sites/default/files/imagecache/article/bahasa%20indonesia.jpg

Sampai sekarangpun, bahasa Indonesia masih dibina dan dilestarikan sebagai identitas bangsa Indonesia. Banyaknya pengaruh asing khususnya bahasa asing, sekarang sedang diminati karena terjadinya globalisasi. Alangkah baiknya jika bahasa Indonesia yang menjadi ciri masyarakat Indonesia tetap dilestarikan dan diharapkan menjadi pemersatu dan memperkuat antar sesama warga dari bangsa Indonesia.

Rabu, 27 November 2013

PR : MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN KHALAYAK

Kuliah ke sebelas mata kuliah Kapita Selekta (21 November 2013)
oleh Pak Yugih S.

Menurut David M.Scott, PR mengirim press release ke media agar dimuat, padahal sedikit sekali yang dijadikan berita oleh wartawan karena ketika seorang wartawan akan menulis artikel, dia akan mencari informasi di mesin pencari (internet). PR hanya membombardir media dengan informasi yang tidak penting.

Sumber : http://www.pollackblog.com/wp-content/uploads/2012/02/PR-wordcloud.jpg



Wartwan dan Redaktur, menggunakan web / internet untuk mencari berita mengenai seseorang dan perusahaan yang menarik untuk ditulis.

PR dan Publikasi
Sebelum nya, PR tidak punya cara lain selain menyiapkan uang untuk mempublikasikan perusahaannya dengan beriklan di media. Sukses tidaknya PR dilihat dari seberapa banyak berita di media mengenai perusahaan tersebut. Namun, dengan adanya teknologi internet, tiap perusahaan bisa membuat website mengenai perusahaannya. untuk khalayak cari informasi mengenai perusahaan tersebut.

Sumber : http://www.stevensstrategic.com/wp-content/uploads/2013/05/publicity.png

Jadi, apakah media konvensional sudah tidak digunakan PR? Media konvensional masih dipakai dalam suatu hal, contohnya iklan TV, radio, majalah, dalam mengangkat suatu produk baru. Untuk produk baru, tidak bisa langsung promosi menggunakan media online (internet) karena orang akan bertanya-tanya dan terkesan cuek dengan produk / brand yang belum pernah didengarnya.

Kembali ke media online (internet). PR harus bisa menceritakan perusahaannya di media online karena ketika kita menulis sesuatu yang bagus dan menarik perhatian, media akan meliput berita tentang perusahaan kita. Berbeda denga perusahaan yang besar dan terkenal, justru media lah yang akan mengejar perusahaan kita dalam hal informasi dan liputan berita mengenai perusahaan tersebut.

3 hal yang menurut Wimar Witoelar, yang penting bagi PR untuk melakukan IMC :
1. Penetapan "key message" yang mudah diingat masyarakat.
2. Penetepan target market.
3. Menentukan media yang digunakan.

Sumber : http://contentsampleskeyline.files.wordpress.com/2013/04/pr.jpg

Publikasi perusahaan memang lumayan sulit apalagi jika tidak membangun hubungan dengan media. Bagaimana cara mendekati media :
1. Dekati 1 reporter
2. Bantu reporter tersebut dalam memahami gambaran tentang perusahaan kita
3. Jelaskan mengapa khalayak menyukai produk kita
4. Jangan mengirim email tanpa diminat
5. Tindaklanjuti hubungan dengan reporter yang berpotensi
6. Komunikasi langsung dan 2 arah dengan reporter tersebut.
Jika hal tersebut dilakukan, diharapkan hubungan antara media dengan PR bisa terjalin baik.

Rabu, 20 November 2013

MEDIA COMMUNICATION : TODAY AND TOMORROW

Kuliah ke sepuluh Mata Kuliah Kapita Selekta ( 14 November 2013)

Media Communication : Today and Tomorrow oleh Bapak Kukuh Sanyoto

Kita dapat melihat media komunikasi yang sekarang ini, dipenuhi dengan teknologi untuk berkomunikasi dengan cepat, tak peduli dengan jarak dan waktu. Dibandingkan dengan puluhan tahun lalu, dimana media massa konvensional masih menjadi urat nadi dalam memperoleh informasi serta media komunikasi seperti telepon kabel atau pun surat-menyurat yang bisa dikatakan tidak mendapat feedback secara langsung.

Sumber : http://www.brandignity.com/wp-content/uploads/2012/10/old-communication.jpg


Namun, apakah kita bisa memprediksi, media komunikasi yang seperti apa yang akan muncul di masa depan? Bisa memprediksi, namun belum tentu terjadi. Tapi yang pasti, The future of communication is the future of human evolution.

Peralihan dari zaman Pertanian ke zaman Industri, membutuhkan puluhan tahun. Sedangkan, zaman Industri ke zaman Informasi, membutuhkan tidak sampai 10 tahun. Peralihan zaman Informasi ke zaman berikutnya semakin cepat, tidak menutup kemungkinan hanya butuh 1 - 2 tahun untuk berubah.

Tapi, komunikasi sekarang ini ternyata mengalami dekonstruksi komunikasi. Semakin banyak media untuk berkomunikasi, semakin mengaburkan esensi berkomunikasi walaupun memudahkan kita.

Sumber : http://www.blurrt.co.uk/blog/wp-content/uploads/2013/08/social-media-communication-linchi-kwok-blog.jpg

Untuk memudahkan kita berkomunikasi, salah satunya adalah sosial media. Ini merupakan hasil kreatif, namun tidak semua orang dilahirkan dengan kemampuan kreatif yang tinggi. Mereka melihat masalah sebagi peluang, melihat X sebagai Y. Chance is oppotunity, change as continuity.

Sumber : http://edudemic.com/wp-content/uploads/2012/11/social-media-students.png

Media sosial ini membuat peralihan menjadi consumer focused dari media owner focused. Konsumen atau pengguna media sosial menjadi medianya sendiri, menentukan topik yang akan dibicarakan di media sosial. Content is King yaitu media massa yang menentukan isi acara. Sekarang sudah beralih ke Context is King yaitu memunculkan sesuai keinginan. Maka, media massa pun tidak bisa menghentikan media sosial. Inilah yang menjadi media komunikasi sekarang dan masa depan. Kita tidak tahu apakah tren media komunikasi baru akan muncul di masa depan.




Rabu, 13 November 2013

PEMILU

Kuliah ke sembilan Mata Kuliah Kapita Selekta ( 7 November 2013 )

Kuliah Kapita Selekta, tanggal 7 November oleh Tri Agung Kristanto (Wartawan Kompas)

Sumber : http://images.solopos.com/2013/06/pemilu-2014.jpg

Politik adalah sebuah hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara politik maka berbicara tentang 2 aspek di dalamnya yaitu : kekuasaan yang dipakai dan kesejahteraan rakyat. Memasuki tahun 2014, kerap disebut dengan tahun Politik karena pada tanggal 9 April 2014, Indonesia akan melakukan Pemilihan Legislatif dengan memilih anggota DPR, DPD, DPRD, dan DPRD Kab/ Kota. Dilanjutkan pada tanggal 9 Juli 2014 Indonesia akan memilih Presiden dan Wakil Presiden.



Sumber : http://www.andaka.com/images/presiden_indonesia.jpg

Dalam Pemilihan Legislatif, pemilihan anggota DPD adalah berupa setiap provinsi mengirimkan 4 wakil, sedangkan Pemilihan anggota DPR adalah pemilihan dari setiap partai politik.

Lantas apa syarat menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden 2014 ?

Bapak Tri Agung Kristanto menjelaskan bahwa syarat Presiden dan Wakil Presiden yang dapat melaju ke Pemilihan Umum adalah memperoleh 20% dukungan dari pemilu legislatif. Sehingga tidak semua parpol dapat maju hingga pemilihan Presiden dan Wakil Presidennya apabila jumlah suara dalam Pemilu legislatif tidak memadai. Tahun 2014 kelak, terdapat 12 Partai Politik Nasional & 3 Partai Politik Daerah yang akan ikut dalam Pemilu Legislatif.

Lantas apa hubungannya Pemilu 2014 dengan bidang komunikasi ?

Pemilu 2014 adalah ajang bagi para pekerja dunia komunikasi untuk mengembangkan potensi mereka karena Pemilu membutuhkan banyak partisipasi dari orang-orang dunia komunikasi.
Contohnya Calon anggota DPR membutuhkan pihak advertising untuk mengiklankan dirinya, membutuhkan para jurnalis untuk memberitakan dirinya, dan juga membutuhkan PR untuk melakukan branding content ke masyarakat.


Sumber : http://m.kabar24.com/images-data/posts/2013/05/07/180729/Pemilu-2014-spanduk-sosialisasi-Jibiphoto.jpg

Semua itu menjadi peluang bagi para pekerja dunia komunikasi, tetapi yang perlu disadari adalah sesungguhnya bukan karena adanya Pemilu 2014 saja kita berhubungan dengan dunia politik. Sejatinya, kita bertemu dengan dunia politik dan hukum setiap harinya tanpa kita sadari.

Rabu, 06 November 2013

PHOTOGRAPHY THEORY

Kuliah ke delapan Mata Kuliah Kapita Selekta ( 31 Oktober 2013 )

Adanya peralatan yang canggih seperti kamera, membuat banyak orang memanfaatkannya untuk mengabadikan momen berharga. Namun, akhir-akhir ini kamera dipakai bukan untuk sekedar mengabadikan momen berharga tapi juga menciptakan seni yaitu fotografi.

Bapak Didiet Anindita memberikan ilmunya mengenai fotografi di kelas kali ini.

Dalam fotografi ada hal yang harus diperhatikan (menggunakan kamera DSLR) :

  1. Speed --> kecepata sinar masuk
  2. Diafragma ( f ) ---> banyaknya sinar masuk
  3. ASA / ISO ---> kepekaan terhadap sinar
Panning
Sumber : http://cdn.picturecorrect.com/wp-content/uploads/2010/02/motion-panning.jpg


Ada beberapa teknik yang dipakai dalam fotografi :

  1. Panning ---> memotret benda bergerak, dengan cara mengikuti benda tersebut. Ukuran yang diperlukan kira-kira speed 1/8 dan f 5,6
  2. Zooming ---> memotret agar mendapatkan foto yang terkesan maju ke depan dengan cepat ke 1 titik.
    Fill In
    Sumber : http://www.better-digital-photo-tips.com/images/Fill-in-flash-photography-example.jpg
  3. Fill In ---> mengukur sinar yang ada di lingkungan ditambah dengan flash
  4. Side Light ---> menggunakan sinar dari samping, bisa dengan menggunakan sinar matahari pagi sekitar 9:30 atau sore jam 15:00
Side Light
Sumber : http://farm9.staticflickr.com/8153/7248852638_8caf6231f0_h.jpg

Memotret objek yang berbeda diperlukan teknik yang berbeda pula. Ada beberapa tips.
Memotret orang / model ---> titik fokus ada di muka / mata
Memotret benda bergerak ---> speed harus tinggi / cepat, minimal 1/60
Memotret dengan penyinaran minim ---> speed lambat, f lebar, ISO / ASA tinggi.

Simbol diafragma 
         2,8 --> 3,5 --> 4 --> 5,6 --> 8 --> 11 --> 16 --> 32
bukaan lensa lebar                                              bukaan lensa kecil


Simbol ISO / ASA
         50 --> 100 --> 200 --> 400 --> 800 --> 1000 --> 1600 --> 3200
semakin kecil angkanya, semakin terang dan sebaliknya

Simbol speed
         1/2000 --> 1/1000 --> 1/500 --> 1/125 --> 1/60 --> 1/50 --> 1/15 -->1/8 --> 1/4 --> 1/2 -->1" 
         --> 2" --> 4" --> 8" --> 15"
1/2000 artinya seper-dua ribu detik (sangat cepat)
15" artinya lima belas detik (sangant lambat)

Lalu simbol dalam ukuran lensa 
  1. 50 mm --> lensa standar (ukuran mata manusia)
  2. < 50 mm --> lensa lebar
  3. > 50 mm --> tele lens / lensa jauh (panjang)
Itulah beberapa teknik dasar dalam teknik forografi.

Rabu, 30 Oktober 2013

PERAN KOMUNIKASI DI PERUSAHAAN

Kuliah ke  Kapita Selekta ( 24 Oktober 2013 )

Bapak Wijaya Laksana menjadi pembicara kali ini pada kelas Kapita Selekta, yang menjabat sebagai Kabag Humas dan Sekretariat Pupuk Kaltim.

Dahulu, Humas identik dengan media massa / wartawan. Sekarang, Humas bukan hanya melakukan hubungan atau interaksi dengan pihak luar namun pihak dalam juga. Yaitu Komunikasi Korporasi, secara umum adalah seluruh kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh korporasi, seperti membangun identity perusahaan, CSR, dll

Sumber : http://ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/03/corporate.jpg


Peran Komunikasi di Perusahaan
Perusahaan ---> Fungsi Komunikasi ---> Lingkungan

Jadi, membentuk Corpotae Identity (branding) merupakan salah satu fungsi dari Komunikasi Korporasi.
Fungsi lainnya, yaitu :

  1. Corporate Ads & Advocate
  2. Media Relation
  3. Marketing Communication
  4. Financial Communication
  5. Philanthropy & Corporate Social Responsibility
  6. Government Relation
  7. Crisis Management
Sekarang, Humas yang akhir-akhir ini dikenal dengan Public Relation (PR), ikut bekerja di semua lini kehidupan perusahaan. PR kini mulai bergeser ke Komunikasi Korporat karena dinamika informasi bergerak sangat cepat.

Humas / PR mempunyai fungsi dalam bidang management, yaitu :
  1. Mengkoordinasi seluruh Sumber Daya perusahaan
  2. Mengatur arus informasi perusahaan
  3. Menjalin hubungan baik dengan Stakeholder
  4. Memberi masukan kepada management dalam pengambilan keputusan
Sumber : http://satunegeri.com/foto_berita/91csr-.jpg


"Tools" yang dapat digunakan oleh seorang PR dalam melakukan Komunikasi Korporat :
  1. Corporate Culture
  2. Corporate Identity
  3. Corporate Philosophy
  4. Corporate Citizenship
  5. Good Press Relation
  6. Penguasaan Technology Tools
Penggunaan tools tersebut, dipakai dalam melakukan Scanning, Monitoring, Forecasting dan Assuring dalam menciptakan mutual understanding

Adapun, CSR yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka untuk :
  1. Obligasi Moral
  2. Kebenglangsungan (sustainability)
  3. Lisensi beroperasi
  4. Reputasi
Sumber : http://www.bnpparibas.com/sites/default/files/ckeditor-upload/images/Notre%20responsabilite/4-pillars-csr.png

Fakta di dunia kerja,  PR atau Humas mengalami tekanan dalam dunia kerja karena kegiatan komunikasi ini luas dan hampir semua orang / lulusan menguasai komunikasi.









Rabu, 09 Oktober 2013

KEBERLANGSUNGAN MEDIA KONVENSIONAL DI TENGAH ERA GLOBALISASI

Kuliah Kapita Selekta Keenam ( 3 Oktober 2013 )

Kuliah kali ini dibawakan oleh Bapak Jerome Eugene Wirawan, seorang jurnalis Media Indonesia bagian Redaksi Internasional.

Topiknya mengenai keberlangsungan media konvensional di tengah perkembangan teknologi. Teknologi membuat orang-orang meninggalkan media lama khususnya media cetak. Media internet menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi untuk menonton TV, mencari informasi, bahkan membaca berita.

Terbukti dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa iklan di media massa turun 47% dari tahun 2005 - 2009 dan staff di media surat kabar menurun dari tahun 2006 sampai sekarang.

Namun, semakin banyaknya situs berita online, menurunkan tingkat kredibilitas dari berita tersebut. Benar atau tidak beritanya tersebut, kita tidak tahu. Padahal, pilar pertama dalam Jurnalistik yaitu Fakta.

Fakta itu Suci, karena jurnalis bekerja mencari berita berdasarkan fakta, mencari fakta-fakta yang ada, tidak melalui opini masyarakat. Pilar kedua yaitu Kebenaran. Kebenaran itu menjadi kedua yang penting karena berita sekarang-sekarang ini lumayan banyak yang hoax.

Terlebih lagi di situs berita online, pemberitaan sangat cepat tersebar namun sulit diverifikasi serta tidak dapat dipertanggungjawabkan, sama dengan pemberitaan di media sosial (citizen journalism) yang setiap orang mempunyai kebenarannya sendiri. Jurnalis harus melihat secara langsung agar terhindar dari memberitakan sesuatu yang hoax.

Kebenaran di media massa menjadi ironis ketika kebenaran itu ternyata dikonstruksi oleh media yaitu pemilik media. Setiap pemilik media mempunyai kebenarannya sendiri-sendiri. Kebenaran yang ada di lapangan sangat berbeda dengan yang diberitakan, seperti  gambar-gambar yang sadis, porno, dsb. Yang seperti itu tidak akan ditayangkan di media, kalaupun ya, itu akan disensor. Karena kebanyakan orang tidak mau melihat kebenaran yang sebenarnya.

Menurut SK Dewan Pers tahun 2006 pasal 4, Wartawan Indonesia tidak boleh membuat berita bohong, sadis, darah dan cabul.

Kembali kepada ditinggalkannya media konvensional. Media konvensional seperti surat kabar ditinggalkan, dan alasan lainnya yaitu tidak begitu lengkap beritanya / sedikit beritanya. Dibandingkan dengan media online, kita bisa mencari seluruh berita yang ada dan berita dahulu. Sifat praktis seperti ini menjadi salah satu alasan, masyarakat lebih memilih media online atau media baru dalam membaca berita.



Rabu, 02 Oktober 2013

MEDIA BARU - MEDIA LAMA - MEDIA SOSIAL

Kuliah Kapita Selekta kelima ( 26 September 2013 )

Bapak Irwan Julianto, yang menjadi wartawan senior Kompas selama lebih kurang 33 tahun, memberikan kuliah mengenai perkembangan media saat-saat ini.

Sumber : http://www.alertasia.org/projects/uploads/ck_uploads/images/ijulianto.JPG

Semakin lama, media mainstream atau media lama semakin berkurang peminatnya, karena berkembangnya dunia teknologi informasi. Orang-orang lebih memilih media sosial seperti Facebook, Twitter, dan semacamnya untuk men-sharing apapun yang mereka suka. Justru disinilah titik kemerosotan media lama.

Contohnya, ketika ditanya siapa yang masih membaca koran di kelas saat itu, hanya 1 orang puluhan orang yang masih membaca koran.

Menurut Wilbur Schramm, model klasik dari media yaitu model SMCR.
S - Source (sumber) dari pesan
M- Message (pesan) pesan itu sendiri
C - Channel (media) alat atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut
R- Receiver (penerima) pesan tersbut ditangkap oleh komunikan melalui proses decoding.

Yang termasuk media lama :
1. Media Cetak
2. Radio
3. Televisi
4. Buku
5. Film (yang menggunakan pita)

Sumber : http://www.maxmanroe.com/wp-content/uploads/2013/04/Media-Sosial-Untuk-Bisnis.jpg

Yang sekarang muncul sebagai media baru yaitu media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan sejenisnya. Karena, media sosial memungkinkan berinteraksi dengan siapapun (komunikasi dua arah, bahkan ke semua arah). Ciri khas dari media sosial yaitu mass to mass (interaktif), memungkinkan kita langsung merespon tentang topik yang sedang dibicarakan.

Ciri media baru :
1. Digital
2. Interaktif
3. Sosial
4. Asynchronus (tidak semua orang secara langsung, bisa memakai medianya)
5. Multimedia
6. Narrowcasted (tersegmentasi targetnya)

Banyak yang memanfaatkan media sosial ini untuk kepentingan tertentu, salah satunya untuk tujuan politik. Apalagi tahun 2014 akan diadakan Pemilu, para capres berlomba-lomba mengkonstruksi pemikiran khalayak dalam membangun image melalui media sosial / media baru ini. Secara, Jakarta menempati peringkat tertinggi dalam posting tweet di media sosial Twitter. Jadi, media sosial bisa menjadi alat yang efektif dalam berkampanye dan memperoleh perhatian masyarakat.

Sumber : http://mrgmi.com/wp-content/uploads/2013/08/Social_Media_Ballot_Box.jpg


Rabu, 25 September 2013

MARKETING POLITIK

Kuliah Kapita Selekta Keempat ( Kamis, 19 September 2013 )

Ibu Sarah Santi, yang menjadi dosen pengajar di Universitas Esa Unggul, berkesempatan untuk memberikan ilmunya di kelas Kapita Selekta, tentang Marketing Politik.

Marketing dan Politik, 2 hal ini berbeda, namun dapat dijadikan 1, yaitu Marketing Politik

Dari sini, kita dapat mengira pengertiannya, adalah mempromosikan sesuatu yang bersifat politik yang dapat berupa iklan yang mempromosikan calon / kandidat. Tapi, hal itu hanya sebagian dari pengertian Marketing Politik itu sendiri. Marketing Politik itu bukan sekedar iklan dan mempopulerkan tokoh seperti memasang billboard tapi dapat diartikan sebagai belanja politik.


Sumber : http://webandikamongilala.files.wordpress.com/2010/09/30385.jpg

Belanja iklan politik tahun 2008 sebesar 2,2 triliun rupiah, dibanding tahun 2007 naik sebesar 880 miliar rupiah, atau naik sebesar 66 %.

Sama seperti Marketing yang mempromosikan suatu produk, Politik juga mempromosikan seorang calon / kandidat. Dengan kesamaan yaitu, membangun loyalitas untuk jangka panjang.

Marketing VS Politik

Politik - bicara tentang hal yang normatif, bagaimana seharusnya dunia ini dijalankan
dan
Marketing - menjual sebanyak-banyaknya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya (transaksi)

Jadi, Marketing dan Politik tidak bertentangan.

Dalam Marketing Politik, memilih media massa untuk menentukan pemilih sangat penting, agar tepat sasaran. Para pemilih calon / kandidat politik, dibagi menjadi 4 segmen, yaitu :

1. Pemilih Tradisional ( aspeknya demografis atau agama )
2. Pemilih Rasional ( aspeknya pada problem solving yang dilakukan kandidat )
3. Pemilih Skeptis ( tidak peduli terhadap calon yang akan terpilih, cenderung golput )
4. Pemilih Kritis ( melihat problem solving dan ideologi yang sama )

Sumber : http://menulisilmu.files.wordpress.com/2011/11/politik.jpg

Perilaku politik masyarakat Indonesia masih dipengaruhi oleh tokoh atau public figure, contohnya seperti selebritis. Voters ( pemilih ) cenderung memilih tokoh yang memiliki aspek popularity, likeability, dan electability. Lalu, ditambah dengan peran media yang melakukan mediatisasi dan marketing untuk memoles seorang calon / kandidat secara terus menerus hingga disukai voters dan akhirnya dipilih.

Proses Marketing sebenarnya adalah membuat "keinginan" menjadi "kebutuhan"

Dampak negatif dari Mar-Pol :
1. Amerikanisasi dunia politik
2. Komersialisasi politik yang mereduksi arti politik itu sendiri
3. Menjauhkan masyarakat atas ikatan ideologi sebuah partai dengan massa / konstituennya

Sumber : http://us.123rf.com/400wm/400/400/cienpies/cienpies1210/cienpies121000044/15579482-us-elections-politics-marketing-communication-hand-holding-a-megaphone-with-icons-splash-file-layere.jpg

Amerikanisasi memang belum pernah terjadi di Indonesia tapi sudah menunjukkan tanda-tanda akan ke sana seperti modernisasi poltik, contohnya kampanye yang selalu membangun citra.





Rabu, 18 September 2013

ETIKA MEDIA

Kuliah Ketiga Kapita Selekta ( Kamis, 12 September 2013 )

Yang memberikan kuliah kali ini adalah seorang anggota Dewan Pers untuk periode 2010 - 2013 dan bekerja di Lembaga Survei Indonesia ( IRC ), yaitu Bapak Agus Sudibyo.

Sumber : http://www.perspektifbaru.com/i/art/Agus-Sudibyo_f_1122_f_565.jpg
Akhir - akhir ini banyak pemberitaan tentang anak dibawah umur yang mengendarai mobil dan menimbulkan kecelakaan hingga jatuh korban jiwa, dan merupakan anak dari musisi terkenal Indonesia yaitu AQJ. Pada beberapa pemberitaan online, banyak yang menggunakan gambar AQJ terbaring lemah di rumah sakit dan gambar orang tuanya.

( Pemakaian inisial untuk keperluan sebagai contoh studi )

Apakah media boleh menyebutkan nama dari tersangka / terdakwa meski hanya inisial? Apakah pemberitaan tersebut sudah sesuai dengan etika media?

Sumber : http://matabuku.files.wordpress.com/2009/07/cover_2dwajah_20retak_20media_small.jpg?w=460
Semua pemberitaan itu sudah melanggar kode etik. Seharusnya, anak dibawah umur yang melakukan tindak kriminal, seluruh identitasnya harus dirahasiakan, mulai dari nama ( inisial juga tidak boleh ), sekolahnya, rumahnya, orang tuanya, dll yang berhubungan dengan anak itu. Ini untuk menjaga masa depannya, dan keluarganya mempunyai privacy sendiri.

Lalu penggunaan gambar tersangka / terdakwa dan orang tuanya, apakah media tidak memikirkan perasaan yang difoto? Mereka pasti malu. Dalam sudut pandang korban, ini akan menimbulkan keinginan balas dendam karena foto tersangka / terdakwa, terpampang di media online.

Harusnya, media lebih memikirkan etika dalam memberitakan informasi, jangan sampai menimbulkan hal - hal yang tidak diinginkan. Harusnya fungsi media yaitu menyampaikan berita yang tidak merugikan.

Ada beberapa etika, berdasarkan  fungsinya :
1. Etika Utilitarian
    Etika yang menimbang hal-hal yang diuntungkan dan dirugikan. Singkatnya, berita yang disebarkan itu   berguna bagi masyarakat atau tidak. Jika berguna, berita itu baik, walaupun bagi beberapa orang, pemberitaan itu tidak baik. Ditetapkan dari sisi bergunanya atau tidak tanpa memperhatikan apapun.

2. Etika Teleologis ( Etika Konsekuensialis ---> Aristoteles )
    Etika yang mementingkan tujuan / dampak baiknya, walaupun melanggar aturan yang penting sudah berbuat untuk sesuatu yang baik.

3. Etika Diontologi
    Etika yang menekankan kewajiban, tidak boleh melanggar kode etik. 

Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq1uUZno4L2hJdlqLL6CwN4I-FjEgFVDNeVSnhiaIftwt0UQHykfaMrePXpq-alaXcEBDpe09pbgegEcqIKHk_AFGrcaJ-qMkeXIL0XHGq0XmfkD83_Qjyf-sz6NwpOPUydyxFvA-SVPU/s1600/Kode+Etik+Wartawan.png


Kode Etik ini berlaku juga untuk pers online seperti detik.com, kompas.com, okezone.com, dll. Pers online berbeda dengan cyber media / media online seperti social media Facebook, Twitter, dll.


    




Selasa, 10 September 2013

REGULASI PENYIARAN

Kuliah Kedua Kapita Selekta ( Kamis, 5 September 2013 )

Kali ini membahas tentang Regulasi Penyiaran yang di bawakan oleh Bapak Paulus Widiyanto

Sumber : http://image.metrotvnews.com/bank_images/actual/139666.jpg

Regulasi atau peraturan terdapat pada setiap masyarakat, tidak terkecuali bidang penyiaran.
Tapi, "mengapa penyiaran harus diatur?"

Secara logis, karena segala sesuatunya akan menjadi teratur, tertib dan sistematis.

Tapi untuk penyiaran, ada 2 hal mengapa penyiaran harus diatur, yaitu :

1. Isi Siaran, karena setiap acara / program yang disiarkan punya kekuatan yang sangat besar dalam mengubah perilaku dan mempengaruhi cara berpikir masyarakat.

    Isi Siaran diatur dalam UU Penyiaran no. 32 tahun 2002, tentang isi siaran

2. Teknologi Penyiaran, memakai infrastruktur penyiaran, antara lain :
    a. Gelombang Elektromagnetik ( spektrum, frekuensi, radio / SFR )
    b. Satelit, yang bergerak dalam orbit (Geostasioner)
    c. Saluran Kabel ( Fibre Optic )
    Ketiga poin ini diatur UU Teknologi Komunikasi no. 36 tahun 1999, tentang infrastruktur penyiaran

Lalu, "siapa yang mengatur penyiaran?" ( di Indonesia )
Pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia ( KPI )

Sumber : http://www.portalkbr.com/berita/nasional/__icsFiles/afieldfile/2013/04/13/2011323kpi.jpg


KPI mengeluarkan IPP ( Izin Penyelenggaraan Penyiaran ) kepada setiap warga negara Indonesia yang meminta, misalnya perorangan atau badan hukum. Warga asing tidak diperbolehkan mendapatkan IPP namun hanya boleh memiliki saham maksimal 20 %.


"kenapa kepemilikan usaha penyiaran diatur?"
Agar terjadi keberagaman pemilik untuk mencegah adanya monopoli penyiaran.
Akhir-akhir ini, banyak sekali pemilik usaha penyiaran yang memonopoli siaran dengan iklan dan berita kampanyenya karena sudah dekat dengan Pemilu 2014 dan menghapus informasi / berita kurang sedap yang berhubungan dengan si pemilik usaha penyiaran. Di sini terjadi monopoli siaran atau informasi.

Keberagaman pemilik ( Diversity of Ownership ) dan Keberagaman isi siaran ( Diversity of Content ) harus bisa menjamin Pluralisme Media ---> Teori Representatif.

Hubungan antara Pluralsime Media dengan Teori Representatif

Keberagaman Indonesia apakah sudah terlihat disetiap media? Apakah isi siaran / program sudah me-representasi-kan masyarakat Indonesia yang beragam? Seharusnya, sebagai negara pluralis, media harus menampilkan keberagaman sebagai jati diri Indonesia. Sebagai contoh, newscaster dari berbagai etnis dan tidak boleh bersistem sentralisasi ( media didominasi yang berpusat di Jakarta ).

Sumber : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/05/1337758444234447051.jpg







Rabu, 04 September 2013

Ekonomi Politik Media

Kuliah Pertama Kapita Selekta ( Kamis, 29 Agustus 2013 )

Kuliah pertama kapita selekta kelas C kali ini diisi oleh Dr. Eko Harry Susanto yang membahas secara dalam mengenai EKONOMI POLITIK MEDIA.


                           Sumber : http://ekoharrysusanto.files.wordpress.com/2011/12/045673.jpg

Dalam kuliah ini, dijelaskan mengenai bagaimana media yang ada mengemas sesuatu hal menjadi sebuah motif ekonomi di dalamnya. Tentu saja ada alasan mengapa media melakukan hal itu semua, karena pada dasarnya media diperbolehkan untuk melakukan kegiatan bisnis. Itu mengapa saat ini banyak media yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk meraih keuntungan yang besar. Tetapi kembali lagi ke sifat dasar manusia, bahwa tidak ada manusia yang menginginkan adanya kerugian di dalam hidup termasuk para pemilik media. Sebab keuntungan yang media dapatkan juga demi berjalannya dari media tersebut.

Sebagai contoh, acara atau sinetron yang dibuat stasiun televisi, akan terus diperpanjang episodenya selama masih banyak pemasang iklan pada saat commercial break sinetron tersebut, ini akan menjadi ladang uang bagi media.Tidak peduli apakah acara atau sinetron tersebut disukai atau tidak. 



DEMOKRASI MEDIA


Menurut Agus Sudibyo (2009), Ruang Publik sebagai potensi demokratis media tenggelam ketika rasionalitas birokrasi atau modal mulai mengambil alih dan mendominasi fungsi, sistem kerja dan juga orientasi produksi.

Ruang publik itu sebagai potensi demokratis media tenggelam ketika rasionalitas birokrasi mulai mengambil alih dan mendominasi fungsi, dan juga media massa sebagai cermin masyarakat. Media massa sebagai cermin masyarakat disini maksudnya adalah setiap apa yang ditampilkan atau diberitakan oleh media, masyarakat otomatis akan mengikuti dan mempercayai apa yg dikatakan oleh media tsb.


                      Sumber : http://statik.tempo.co/data/2013/05/10/id_183612/183612_620.jpg


PROBLEM MEDIA

Media tidak terlepas dari berbagai masalah diantaranya yaitu :

1. Orientasi bisnis / motif keuangan
    Media massa berperan sebagai institusi ekonomi, yang dilakukan semuanya demi keuntungan semata. Investasi di media bukan karena idealisme melainkan motif berbisnis.

2.  Profesionalisme jurnalis & institusi
    Adanya jurnalis yang dipertanyakan profesionalitasnya, seperti wartawan bodrex / wartawan  amplop.


3. Tidak independen & transparan
    Bergerak atas kepetingan pemilik modal atau pemilik media dan cenderung menutupi fakta yang ada.







Minggu, 25 Agustus 2013

Kapita Selekta Fikom Untar 
Tahun Ajaran Ganjil 2013

Kelompok 8 :

1. Giovani Untari (915100102)
2. Lucyana Octavia (915100106)
3. Gerda Emily (915100107)
4. Regina (915100153)
5. Yastian Wardhana Admadja (915100246)